Kamis, 21 Juni 2012

persentuan umat islam dengan ilmu pengetahuan lain


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Islam merupakan agama yang menjadi Agama pilihan sang maha segala, Allah SWT. agama ini menjadi penyempurna dari agama-agama yang telah lalu. Islam bisa dikatakan berasal dari kata salama, yang artinya selamat. menjadi lantaran manusia agar selamat dunia akhirat. Pada dasarnya agama lain yang telah lalu, jauh sebelum agama islam diturunkan oleh Allah telah menjadi panutan para kaum, umat pada masa itu, mulai agama tauhid, kristen hingga agama islam.
Umat islam merupakan gandengan dari kata umat dan islam, yang berarti pengikut atau penganut agama islam. Memiliki dasar hukum yang pasti dan jelas, yaitu Al-Qur’an dan hadits. Dengan demikian dalam hidupnya menjadi teratur sesuai aturan dalam dua dasar tersebut. Melihat kemampuan manusia yang terbatas kemampuan berfikirnya, terkadang ada ilmu pengetahuan atau penemuan hal yang baru saja masih belum bisa memecahkan dengan dilandaskan Al-qur’an. Sebenarnya seluruh kejadian yang ada di dunia terdapat dalam Al-qur’an,tinggal mampu atau tidak manusia menggalinya.penemuan penemuan yang ilmiah yang telah diaku oleh non islam sudah menjadi akar di dalam ilmu pengetahuan, padahal penemu yang pertama adalah orang islam sendiri. Ini merupakan permasalahan yang cukup berarti, sehingga pentingnya merombak dan mengkaji sekaligus menggali kembali kaitannya seorang muslim dengan penemuan ilmu pengetahuan lain, guna lebih memahami dan mengerti sebenarnya seberapa besarkah peran serta seorang muslim dengan ilmu pengetahuan yang sudah diaku ataupun belum oleh non muslim.
 Kebanyakan  orang islam menganggap bahwa tidak ada pemisahan atara masalah agama dan masalah dunia.mereka pada umumnya menyetujui pendapat H.A.R gibb yang menyatakan bahwa islam sesungguhnya bukan hanya satu sistem teologi semata tetapi ia merupakan peradaban yang lengkap. Namun di indonesia, islam sebagai suatu peradaban yang komplit masih merupakan cita cita dan belum merupakan kenyataan. Ada sementara orang mengatakan bahwa ilmu islam dan itu ilmu umum, sehingga timbul istitilah ini sekolah islam dan itu sekolah umum. Adanya jurang pemisah dengan ilmu pengetahuan merupakan suatu tragedi yang telah memundurkan bangsa indonesia. Dengan ini pemakalah akan membahas yang kaitannya dengan persentuhan umat islam dengan ilmu pengetahuan lain. Agar lebih memahami pemahaman sejarah yang kaitannya dengan umat islam dengan ilmu pengetahuan.    
B.     Rumusan Masalah
1.      Seberapa pentingkah pengintegrasian islam dan ilmu pengetahuan ?
2.      Bagaimanakah persentuhan umat islam dengan ilmu pengetahuan lain ?
C.     Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui integrasi islam dan ilmu pengetahuan
2.      Untuk mengetahui persentuhan umat islam dengan ilmu pengetahuan lain

















BAB II
PEMBAHASAN
A.     Intregasi Antara Islam Dengan Ilmu Pengetahuan
Sebelum kita membahas lebih jauh alangkah baiknya kita mengetahui beberapa kata yang mungkin masih asing, yang pertama integrasi, integrasi adalah penyatuan/penggabungan menjadi satu kesatuan yang utuh.[1] Islam berarti penyerahan diri pada Allah dan diberikan pula pada agama islam sebagai nama. Agama islam sebagaimana diartikan umat islam indonesia adalah wahyu Allah yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang terhimpun dalam AlQur’an. Yang tercantum didalamnya peraturan dan petunjuk untuk umat manusia. Kita sebagai orang islam bukan saja menjauhkan diri dari kemungkaran dan lalu berbuat kebajikan melainkan juga mengajak orang lain agar melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran.
Didalam pendidikan terdapat ilmu pengetahuan yang dapat memberi tambahan ilmu dan perubahan pada pendidik, perubahan yang bersifat ahsan. Pendidikan dapat diartikan usaha secara sadar dari orang dewasa terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak untuk meningkatkan atau menuju kedewasaan. Pendidikan islam merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah kebersamaan dan ditekankan untuk lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam. [2]
Bila kita menyabut pendidikan islam konotasinya seering dibatasi pendidikan agama islam. Padahal kita dikitkan dengan kurikulum pada lembaga formal atau non formal. Pendidikan agama islam hanya terbatas pada bidang studi agama, seperti tauhid, fiqih tarih nabi, membaca Al-qur’an, tafsir dan hadits. Istilah pendidikan islam tidak lagi al-qur’an,hadits fiqih akan tetapi memberi arti pendidikan disemua cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari sudut pandangan islam. Pendidikan islam meliputi segala usaha untuk mengembangkan fitrah manusia daan sumber daya insani dan menuju terbentuknya insan kamil sesuai dengan norma islam.[3]
Adapun dasar pendidikan islam adalah Al-Qur’an dan Al-hadits dan kalau pendidikan itu diibaratka bangunan maka isi Al-Qur’an dan Al-Hadits itu menjadi fondamennya. Al-Qur’an mencakup segala masalah baik yang mengenai peribadatan maupun kemsyarakatan maupun pendidikan. pendidikan ini mendapat tuntutan yang jelas dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslimin dan muslimat dari buaian hingga liang lahat. Dari dua unsur tersebut banyak nilai nila yang dapat dijadikan dasar bagi pendidikan islam. Disini diutarakan nilai yang dipandang fondamental dan dapat merangkum berbagai nilai yang lain yaitu tauhid, kemanusiaan, kesatuan umat islam, keseimbangan dan rohmatan lil’alamin.
Sejak lahirnya islam, belasan abad yang  lalu,islam telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian akan keseimbangan hidup antara dunia dan ahirat, antara hubungan manusia dengan allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan ibadah dengan muamalah. Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan sebagaimana tersebut menjadi penting jika di kaitkan dengan keadaan manusia di zaman modern ini.
 Kita mengetahui dewasa ini manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang membutuhkan pemecahan segera. Di balik kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia, yaitu manusia telah menjadi tawanan hasil ciptaan nya sendiri. Dalam keadaan demikian, kita harus memiliki ilmu pengetahuan social yang dapat membebaskan manusia dari problem tersebut. Ilmu pengetahuan yang di maksud adalah ilmu penngetahuan yang di gali dari nilai-nilai agama[4]
Sejak berapa abad yang lalu islam mewarisi tradisi sejarah dari seluruh warisan peradaban manusia.Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, islam bukanlah agama yang tertutup. Islam adalah sebuah paradigma terbuka, sebagai mata rantai peradaban dunia. Islam mengembangkan matematika India, ilmu kedokteran dari cinalogika yunani dan sebagainya. Al-qur’an sebagai sumber utama ajaran islam di turunkan bukan dalam ruang hampa, melainkan dalam setting social actual. Respon normatifnya merefleksikan kondisi social actual itu, meskipun jelas bahwa al-qur’an memiliki cita-cita social tertentu. Jika saat ini kita menghadapi kesenjangan social yang di sebabkan oleh perbedaan tingkat ekonomi, maka pada masa kelahiran nya, islam telah memberikan perhatian atas masalah ini. Kesenjangan dalam bidang ekonomi tersebut menunjukkan bahwa ilmu social yang ada sekarang perlu di tinjau kembali, antara lain dengan menerapkan ilmu social profetik. Bukti sejarah tersebut menunjukan dengan jelas bahwa sejak lahir nya, islam telah tampil sebagai agama  yang terbuka, akomodatif, serta berdampingan dengan agama, kebudayaan dan peradaban lainnya. Dengan mengikuti uraian di atas kiranya menjadi jelas bahwa islam memiliki perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah social.[5]
Islam meliputi aspek kemasyarakatan dan kebudayaaan serta menolak pengertian islam sebagai agama dalam arti sempit. Jadi islam tidak hanya meliputi hubungan antara manusia dengan tuhan melainkan juga sesama manusia, dunia dan masyarakat luas sejauh yang diatur dengan wahyu yang diturunkan Allah SWT. memperdalam islam berarti mempelajari secara mendalam segala bidang ilmu. Karena ilmu apapun ada didalam islam. Sehingga kita perlu mengubur mitos yang telah lama menghantui alam pikiran sebagian masyarakat indonesia yaitu kepercayaan adanya jurang pemisah antara agama dan ilmu pengetahuan yang telah memundurkan bangsa indonesia . justru keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain bahkan perlu diintegrasikan.dengan ini perlu didirikan tempat-tempat pendidikan dimana ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum diajarkan bersama sama. Diharapkan akan lahir ulama intelegensia baru, yang selain pandai dalam ilmu-ilmu agama juga memahami ilmu-ilmu pengetahuan umum dan disinilah tmbul ide ulama’ intelek. Tanpa disadari peran seorang muslim dengan ilmu pengetahuan lain yang kaitannya dengan ilmu umum dan khususnya agama sangat berarti sekali. Yang akan memberikan pola pikir para intelek menjadi lebih lunak dan berkembang pesaat. Perlu diperhatikan pula pemberian tambahan pelajaran agama pada sekolah umum. Dengan ini bermaksud mengisi kekosongan golongan intelegensia akan beragama, setidak tidaknya sikap hambar dan negatif terhadap agama dapat dihilangkan.
Kehidupan yang akan datang harus dimulai dari sekarang dan hal itu hanyalah mungkin dicapai dengan ilmu. Sehingga islam menganjurkan dan mendorong mencari ilmu bahwa semua hasil ilmu pengetahuan modern telah ada dalam Al-Qur’an. Untuk membekali ilmu bagi umat, yang efektif adalah melalui pendidikan, baik formal maupun non formal serta informal.
Seorang muslim dalam arti sesungguhnya, bukan hanya mengandung arti menganut agama, hukum hukum islam dan melaksanakannya dalam perikehidupan sendiri melainkan lebih dari itu. Didalamna terkandung pula pegertian bahwa ia harus merasa berkewajiban untuk menyampaikan hukum-hukum islam kepada anak anaknya, keluarganya bahkan siapa saja.sungguh tepatlah bebrapa ahli mengatakan bahwa maju mundurnya sesuatu kaum tergantung sebagian besar kepada pendidikaan yang berlaku dalam lingkungan mereka.tidak ada suatu kaum ataupun bangsa yang dapat maju sesudah mengadakan dan memperbaiki didikan anak-anak dan pemuda mereka. Memang demikianlah halnya, dengan pendidikan kita dapat memiliki masa depan generasi masa yang  akan datang.  Betapa pentingnya peran pendidikan bagi perkembangan agama islam atau betapa eratnya hubungan antara usaha-usaha pendidikan dengan perkembangan islam. Sesungguhnya tujuan pendidikan islam adalah identik dengan  tujuan hidup setiap orang muslim. Tujuan hidup manusia menurut agama islam untuk menjadi hamba Allah, yang mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepadaNya. Allah berfirman “Bahwa agama yang diakui Allah hanyalah islam”
Jelaslah bahwa manusia hanya dipernankan memilih satu agama ialah agama islam, yang berarti penyerahan diri sepenuhnya kepadanya kepada Allah SWT. kepribadian yang demikian inilah disebut kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai islam, memiliki dan memutuskan serta  berbuat dberdasarkan nilai-niai islam. Kesinilah arah tujuan terakhir dari pendidikan islam.[6]
Pendidikan agama islam merupakan komponen yang tidak bisa terpisahkan dari sistem pendidikan islam yang berfungsi sangat strategis untuk mengintegrasikan nilai-nilai islam dalam berbagai disiplin ilmu yang dipelajari subjek didik. Selanjutnya tujuan pendidikan agama islam berintikan juga aspek yaitu iman, ilmu dan amal. Seluruh rangkaian usaha pendidikan islam yaitu bertujuan untuk membentuk manusia beriman. Dengan ilmu manusia mampu melihat dirinya dan segala kejadian didunia ini termasuk perkembangan masyarakatnya dibawah cahaya nur ilahi sehingga tidak hanyut dalam pegajaran kebendaan dan materialisme yanng berlebihan.
Setiap muslim wajib mengimani, meyakini kesempurnaan dan kemutlakan kebenaran islam sebagai suatu sistem hidup satu kebulatan ajaran yang universal. Konsekuensinya setiap muslim harus mengikuti islam. Oleh karena itu aspek ilmu yang dimaksud sebagai tujuan pendidikan agama islam ialah memberikan pengertian, pemahaman yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya tentang ajaran islam yang tersimpul dalam agama islam yang secara garis besar meliputi akidah, syari’ah dan akhlakul islam. Hanya dengan iman dan ilmu tentanng agama islam belum bermakna kecuali dengan amal. Oleh karena itu amal merupakan perwujudan dari iman dan ilmunya. Dengan amalnya seseorang dapat diukur seberapa jauh keberhasilan mendalami agama yang telah dipercaya.
Ilmu pengetahuan merupakan faktor essensial dalam pendidikan. perlu diketahui bahwa hubungan ilmu pengetahuan dengan agama sekarang ini sudah tampak benang merah yang menjembatani kesenjangan yang selama ini sudah terjadi. Hal ini tumbuh seirng dengan tumbuhnya kesadaran umat manusia akan keterbatasan ilmu pengetahuan dalam memecahkan berbagaii masalah umat manusia, terutama yang behubungan dengan morlitas. Islam mencakup semua aspek kehidupan sehingga menolak pemisahan antara agama dan aspek-aspek kehidupan lainnya termasuk pendidikan. untuk meningkatkan kualitas manusia dan mengatasi kesenjangan yanng telah terjadi antara islam dan ilmu pengetahuan perlu adanya pengintegrasian nilai-nilai islam dan ilmu pengetahuan. [7]
B.     Persentuhan Umat Islam Dengan Ilmu Pengetahuan Lain

pembahasan selanjutnya terkait inti pembahasan dari makalah ini, yaitu persentuhan umat islam dengan ilmu pengetahuan lain. Melihat dari kata persentuhan yang berarti perihal (perbuatan) bersentuhan. Bisa dikatakan pula peran serta umat islam dengan ilmu pengetahuan lain. Yang bertujuan meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan yang ada. dengan ini  dapat kita tengok kembali di masa pendidikan islam pada periode Rasulullah, yang mana telah melahirkan murid-murid (para sahabat) yan handal dalam segala bidang ilmu pengetahuan, misalnya : Umar Bin Khotab ahli hukum dan pemerintahan, Abu Huraiarah ahli hadits, Salman Al-farisi ahli perbandingan agama: majusi, yahudi, nasrani, dan islam. Dan Ali Bin Abi Thalib ahli hukum dan tafsir Al-Qur’an, kemudian murid dari para sahabat dibelakang hari, tabi-tabi’in, banyak yang ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan sains, teknlogi, astronomi, filsafat yang mengantar islam ke pintu gerbang zaman keemasan. Pola pendidikan di masa rasulullah SAW, tidak terlepas dari metode, evaluasi, materi, kurikulum,pendidikan, peserta didik, lembaga, dasar tujuan, dan sebagainya yang bertalian dengan pelaksanaan pendidikan islam baik secara teoritis maupun praktis[8]. Tidak lupa pula kaitannya dengan ilmu pengetahuan yang dicapai oleh umat islam di masa dinasti umayyah, yang mana bentuk pemerintahannya berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feodal. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata melainkan juga dalam aspek teknologinya.[9] Selain itu berkembang pula dibidang ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Kemudian bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, sharaf dll, yang terakhir di bidang fisafat yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang brhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran. [10] pada masa bani umayyah merupakan masa peletakan dasar-dasar dari kemajuan pendidikan dimunculkan. Intelek muslim berkembang di masa ini. Kajian keilmuan yang ada di periode ini berpusat di damaskus, kuffah, mekkah, madinah, mesir, cordova dan beberapa kota lainnya, seperti bashrah dan kuffah(irak), damsyik dan palestina (syam), fistat (mesir). Diantara ilmu ilmu yang dikembangkannya yaitu kedokteran, filsafat, astronomi, atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni, baik itu seni bangunan, seni rupa maupun seni suara.[11] Selanjutnya periode abbasiyah, mereka memandang imu pengetahuan dipandang sebagi sesuatu yang sangat penting, dan sistem pemerintahannya masih sama dengan periode umayyah.
Dilanjutkan pula pada Eksistansi perkembangan lmu pengetahuan yang di kembangkan oleh peradaban spanyol islam disegala bidang, telah menjadikannya sebuah negara adikuasa di zamannya. Kehadirannya telah banyak mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Dengan science for science mereka melakukan serangkaian upaya pengembangan keilmuan yang telah dikemukakan oleh pemikir yunani kuno dengan tanpa melapaskan pada frame religius islami. Semanat inilah yang mereka lakukan dalam melakukan ijtihad keilmuwan. Dari akumulasi dan hubungan harmonis inilah kemudian melahirkan ilmu pengetahuan islami yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kebudayaan manusia selanjutnya. Disaat perkembangan keilmuwan mencapai zaman keemasan inilah pada waktu bersamaan dunia eropa berada dalam keadaan dalam memprihatinkan. Mereka terkekang oleh dogma gerejani yang absolut yang mengharamkan umatnya untuk mengembangkan daya nalarnya.   
Namun demikian, perputaran jarum sejarah tidak selamanya menunjukkan arahnya ke dunia islam. Sedang beberapa waktu kemudian dunia islam mengalami disintegrasi dan stagnasi roh ilmiah intelektual, terutama setelah serangan Al-Gazali yang mendeskriditkan para filsuf muslim dalam melakukan ijtihad akliah mereka. Kondisi inni meadikan umat menjadi antipati terhadap dinamika intelektual filosofis. Sementara itu banyaklah para filsuf muslim yang harus keluar dari negerinya yang sudah tak bersahabat lagi dengan ide-idenya ke tempat yang lebih aman, yaitu benua eropa. Disana ide-ide mereka disambut dengan antusias, apalagi setelah pelajar eropa bejar di dunia islam sebelumnya. Mereka tahu akan begitu besarnya manfaat ilmu yang ada di dunia islam. Keadaan inilah yang khirnya khazanah ilmu pengetahuan harus berpindah dari dunia islam ke dunia non-islam. Babak inilah yang menandai kemunduran dunia islam dan awal zaman keemasan dunia eropa. Kemunduran dinamika intelektual muslim disebabkan tidak diaplikasikannya nilai nilai ijtiihad yang di stimuli Al-Qur’an di tengah tengah kehidupan umat islam. Untuk itu fenomena ini hendaknya memberikan nuansa sekaligus pemicu agar umat kembal pada semangat intelektual Qur’anik, jika ingin mengembalikan zaman keemasan pendidikan islam tempo dulu, guna memberikan zaman keemasan pendidikan dan membangun kebudayaan dunia islam modern secara adaptik dan komprehensif. [12]
Proses transformasi intelektual islam ke dunia barat terjadi secara perlahan dan memakan waktu yang cukup psnjsng. Kendala yang terbesar ialah persoalan teologis, yaitu doktrin gereja yang cenderung menolak kajian ilmu pengetahuan dan para ilmuan dianggap kafir, zindik serta keluar dari agama masehi sehingga mereka disiksa dan dihukum. Sementara itu, dun ia iislam sibuk melakukan pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sehingga melahirkan peradaban yang brnilai tinggi. Sehinga dunia barat sadar akan ketertinggalannya dan mereka berusaha keras untuk mendobrak tradisi dan dogmatik gereja tersebut dengan belajar pada umat islam. Usaha  ini pada gilirannya memunculkan gerakan renaissnce yang disusul dengan gerakan gerakan lainny sehingga mereka berhasil mengungguli dunia islam khususnya dibidang science dan teknologi. Adapun kntribusi intelek umat islam atas dunia barat meliputi :
  1. sumbangan dari intelek islam diberbagai bidang ilmu pengetahuan ke dunia barat, diantaranya dibidang :
a.       astronomi, yang disebut ilmu falak.
b.      Matematika, yyang disebut aljabar(perhitungan), sedangkan algoritme , berasal dari nama penemunya yaitu, al-hawarizmi. Yang memiliki nama lengkap muhammad bin musa bin khawarizmi.
c.       Fisika, ilmuini masih memiliki hubungan erat dengan astronomi.
d.      Kimia. Meskipun bangsa yunani telah mengenal sejumlah zat kimia namun mereka tidak tahu apa apa mengenai substansi unsur-unsur zat kimia, seperti alkohol, asam sulfur, acqua regia,maupun asam nitrat. Orang arablah yang menemukan itu semua, bersamaan ditemukannya potasium, asam moniak, nitrat perak, sublimat klorosif, dan peparasi mercuri.
e.       Ilmu hayat,
f.        Kedokteran . salah seorang ahli muslim yang terkenal di dunia barat ialah abu ali al hussein ibn abdallah ibn sina. Yang lebih dikenal dengan sebutan ibnu sina atau avicenna.
g.       Filsafat, selain ahli dibidang kedokeran, ibnu sina juga merupakan seorang ahli filsafat.
h.       Sastra,
i.         Geografi dan sejarah.
j.        Sosiologi dan ilmu politik,
k.      Arsitektur dan seni rupa,
l.         Musik, seorang musicus muslim bernama abul hasan ali ibn nafis atau sering dipanggil ziriyab telah mendirikan konsrvatorium musik-musik andalusia. Sejak itu teori musik dikembangkan oleh al-farabi. [13]
Disamping itu semua, sayangnya pada saat dunia barat mengalami kemajuan yang pesat, dunia islam justru mengalami kemunduran. Salah satunya disebabkan karena munculnya krisis moral dikalangan umat islam, terutama para penguasanya yaang pada akhirnya kekuasaan umat islam secara politis melemah sehingga dengan mudah dapat dihancurkan oleh pihak musuh.
Untuk itu, sudah saatnya umat islam pada saat ini agar tidak hanya terbuai dengan nostalgia historis indah yang pernah dimiliki tempo dulu bahwa dunia islam dahulunya pernah mencapai kemajuan yang pesat melebihi dunia barat. Terdapat pada periode dinasti umayyah dan abbasiyah. Tetapi kenyataan historis ini hendaknya dapat mendorong para ilmuwan muslim khususnya dan umat islam pada umumnya agar dapat mengkaji ulang sistem pendidikan islam saat ini, baik dari segi pelaksanaannya maupun dari segi perhatian para penguasa dan masyarakat muslim itu sendiri. Sehingga pada akhirnya nanti kita dapat mengambil langkah kreatif yang relefan dalam merespon berbagai tantangan zaman, sebagaimana semangat ilmiah yang telah diperlihatkan para iluwan muslim pada abad pertengahan.  Disnilah persentuhan umat islam dengan ilmu pengetahuan lain mulai berkembang dan memudar dari beberapa dekade,  masa kejayaan pendidikan yang di naungi oleh Rasulullah  menuju zaman keemasan di periode bani umayyah dan abbasiyah kemudian dilanjutkan kontribusi ilmu pengetahuan di barat, yaitu daerah spanyol hingga akhirnya mereka melakukan pemberontakan yang akhirnaya timbul pergerakan renaissance , rasionalisme yang telah mendobrak kembali ilmu pengetahuan yang telah diraih oleh ilmuwan muslim.  


BAB III
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan merupakan faktor essensial dalam pendidikan. perlu diketahui bahwa hubungan ilmu pengetahuan dengan agama sekarang ini sudah tampak benang merah yang menjembatani kesenjangan yang selama ini sudah terjadi. Hal ini tumbuh seirng dengan tumbuhnya kesadaran umat manusia akan keterbatasan ilmu pengetahuan dalam memecahkan berbagaii masalah umat manusia, terutama yang behubungan dengan morlitas. Islam mencakup semua aspek kehidupan sehingga menolak pemisahan antara agama dan aspek-aspek kehidupan lainnya termasuk pendidikan. untuk meningkatkan kualitas manusia dan mengatasi kesenjangan yanng telah terjadi antara islam dan ilmu pengetahuan perlu adanya pengintegrasian nilai-nilai islam dan ilmu pengetahuan
Disnilah persentuhan umat islam dengan ilmu pengetahuan lain mulai berkembang dan memudar dari beberapa dekade,  masa kejayaan pendidikan yang di naungi oleh Rasulullah  menuju zaman keemasan di periode bani umayyah dan abbasiyah kemudian dilanjutkan kontribusi ilmu pengetahuan di barat, yaitu daerah spanyol hingga akhirnya mereka melakukan pemberontakan yang akhirnaya timbul pergerakan renaissance , rasionalisme yang telah mendobrak kembali ilmu pengetahuan yang telah diraih oleh ilmuwan muslim.


DAFTAR PUSTAKA
satrio, Adi, Kamus ilmiah populer,(visit7,2005)
isna, Mansur, diskursus pendidikan islam,(yogyakarta:global pustaka utama,2001)
Nizar, Samsul, sejarah pendidikan islam,(jakarta: kencana, 2008)
Hubungan agama dengan ilmu pengetahuan sosial.html diakses pada tanggal 4 april 2012
Peran Ilmu Sosial Profetik Pada Era Globalisasi.html diakses pada  tanggal 04 april 2012


MAKALAH

Persentuan Umat Islam Dengan Ilmu Pengetahuan Lain
DIAJUKAN UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH “Sejarah Pendidikan Islam

Dosen pengampu :
Prof. Dr.H. Imam Fu’adi, M.Ag

 
















Disusun oleh :
MUH. HABIBULLOH
                                                              

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) TULUNGAGUNG
APRIL 2012




[1] Adi satrio, Kamus ilmiah populer,(visit7,2005) h 242
[2] Mansur isna, diskursus pendidikan islam,(yogyakarta:global pustaka utama,2001) h 62
[3] Ibid . . . . h 62-63
[4] Hubungan agama dengan ilmu pengetahuan sosial.html diakses pada tanggal 4 april 2012
[5] Peran Ilmu Sosial Profetik Pada Era Globalisasi.html diakses pada  tanggal 04 april 2012
[6] Mansur isna, diskursus pendidikan islam, . . . . h 65-66
[7] Mansur isna, diskursus pendidikan islam, . . . . h 67-68
[8] Samsul nizar, sejarah pendidikan islam,(jakarta: kencana, 2008) h 29-30
[9] Ibid . . . h 53
[10] Ibid . . .h 59
[11] Ibid . . .  h 60
[12] Ibid . . . h 91-92
[13] Ibid . . .  h 147-152